Minggu, 29 November 2009

Kisah Teladan Wanita Shalehah




Ummu Sulaim berkata kepada puteranya: ”Wahai Anas, ucapkanlah kalimat Laailaahaillallaah (Tidak ada Tuhan selain Allah). Ucapkanlah kalimat Asyhadu anna Muhammadar-Rasuulullaah (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah).” Anas pun mengucapkan kalimat-kalimat tersebut. Mendengar itu, Abu Anas –ayah Anas- berkata: ”Janganlah kamu merusak anakku dengan ajaran seperti itu!”
Ummu Sulaim menjawab: ”Tidak, aku tidak merusaknya!” Tidak lama kemudian, Abu Anas keluar dari rumahnya. Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan seorang musuh. Dia pun dibunuh oleh musuh tersebut. Mendengar berita kematian suaminya (yang masih kafir) itu, Ummu Sulaim berkata: ”Tidak mengapa dia terbunuh, sungguh aku tidak akan menyapih Anas hingga dia benar-benar telah melepaskan payudaraku (berhenti menyusu). Aku tidak akan menikah lagi dengan laki-laki lain hingga dia menyuruhku untuk menikah kembali.”
Saat Anas berusia 10 tahun, Ummu Sulaim berkata kepada Rasulullah saw.: ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya tidak ada seorang laki-laki dan wanita pun dari kaum Anshar kecuali mereka memberikan kepadamu suatu hadiah. Sementara aku tidak mampu untuk memberimu hadiah kecuali hanya anakku ini. Ambillah anakku ini agar ia dapat membantu meringankan pekerjaanmu!”
Meskipun singkat, kisah di atas mengandung pelajaran yang sangat berharga bagi kaum Muslimin, terutama bagi kaum wanita. Apa yang dilakukan oleh Ummu Sulaim terhadap anaknya merupakan gambaran dari sosok seorang sahabat wanita yang memperlakukan anaknya dengan baik ketika sang anak mulai tumbuh dewasa. Dia mulai mengajarkan syahadat kepada anaknya saat sang anak mulai bisa berbicara. Dia mulai memperkenalkan ajaran-ajaran Islam kepada anaknya sebelum otak anak itu dijejali dengan pengetahuan-pengetahuan lain.
Sungguh pelajaran yang sangat luar biasa, sebuah pelajaran yang patut dicontoh oleh wanita-wanita pada zaman sekarang ini. Bila kita perhatikan, banyak wanita yang tidak melakukan hal seperti itu. Mereka lupa untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam kepada anak-anak mereka sejak kecil. Mereka lebih mendahulukan pengetahuan-pengetahuan lain daripada pengetahuan-pengetahuan agama. Sehingga saat dewasa, anak-anak itu kurang mengenal ajaran-ajaran Islam. Bahkan, tidak sedikit yang tidak bisa membaca Al-Qur`an. Padahal, banyak di antara mereka yang menguasai berbagai bidang keilmuan. Akibatnya, kenakalan remaja pun semakin marak di kalangan masyarakat.
Selain itu, Ummu Sulaim telah memilihkan teman yang baik untuk anaknya, yaitu Baginda Rasulullah saw.. Berkat upaya itu, Anas dapat belajar dari Rasulullah yang merupakan suri tauladan bagi umat Islam, serta dapat tumbuh dewasa di lingkungan yang baik. Hasilnya, Anas pun tumbuh dewasa menjadi anak yang shaleh, yang berbaik kepada orangtuanya. Anaslah yang menikahkan kembali ibunya dengan Abu Thalhah, setelah laki-laki itu masuk Islam.
Sayangnya, upaya Ummu Sulaim ini sudah banyak ditinggalkan oleh kaum ibu pada zaman sekarang ini. Mereka tidak lagi memperhatikan soal hubungan pertemanan anak-anak mereka. Mereka tidak lagi peduli dengan siapa anak-anak mereka bergaul. Mereka lupa bahwa pendidikan moral tidak hanya didapat di rumah ataupun di sekolah, tetapi juga didapat melalui hubungan pertemanan. Bahkan, terkadang hubungan pertemanan ini menjadi faktor yang sangat dominan dalam membentuk moral atau akhlak seorang anak. Wallaahu A’lam….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar