Rabu, 02 Desember 2009

Bila Jodoh Tak Kunjung Ada

Ujian senantiasa membersamai setiap kehidupan. Ia menjadi ketetapan yang kemudian menjadi pengukur kualitas kehidupan itu sendiri. Takaran ujian pada masing-masing pemilik hidup berbeda-beda, sesuai kapasitas takwanya di hadapan Alloh ta’ala. Semakin takwa hingga ringanlah seseorang dalam menjalankan aturan Alloh, niscaya makin beratlah ujian yang diterimanya. Sa’ad bin Abi Waqash pernah bertanya kepada Nabi SAW perihal orang yang terberat ujian hidupnya, “Wahai Rosululloh, siapakah orang yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab: “Para Nabi. Kemudian yang mengikuti mereka (orang-orang mulia). Kemudian yang mengikuti mereka (orang-orang mulia). Seseorang diuji sesuai dengan kadar dien (iman)-nya. Kalau imannya kokoh, maka berat pula ujiannya. Apabila imannya lemah, dia diuji sesuai dengan kadar imannya.(HR.Tirmidzi).
Tentu hadist tersebut tak bertujuan membuat kita enggan menguatkan keimanan alih-alih takut oleh semakin besarnya ujian. Orang orang mulia di sisi Alloh memang menerima ujian besar. Tapi jangan lupa, ketahuilah mereka juga menerima hidayah berupa hikmah yang juga besar. Hikmah di hati itulah yang menjadi semacam penawar. Kedekatan dengan Alloh ta’ala yang akan menghapuskan segala kegalauan dan kesedihan. Alloh ta’ala berfirman, “..maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqoroh : 38)
Jadi seberat apapun ujian, bila hati telah dipenuhi oleh iman, maka menjalaninya akan menjadi lebih ringan. Sebaliknya, walaupun seorang kaya raya katakanlah mendapat ujian hanya berupa hilang uang lima puluh ribu rupiah, maka akan terus dipikirkannya dengan susah payah. Karena ia masih sangsi bahwa urusan rizki sepertinya bukan urusan Alloh sepenuhnya.
Tak kunjung hadirnya jodoh adalah ujian yang mungkin masih tak temu dimana ujungnya. Setiap hari adalah penantian. Harapan-harapan pertemuan dengan sosok idaman itu kadang mendekat tapi tiba-tiba menjauh. Fitrah cinta sudah dipatri namun di tengah jalan sirna kembali. Alih-alih memalingkan diri dengan mengisi banyak kesibukan, ketika berinteraksi dengan teman sebaya yang sudah menikah, tiba-tiba menambah di hati rasa sedih dan keresahan. Dan saat menyendiripun, yang ada justru dimainkan oleh pikiran-pikiran yang semakin menambah kekalutan.
Resah akan jodoh yang tak kunjung hadir adalah wajar dan manusiawi. Namun, bila berlebihan menjadi tidak baik. Bahkan bukan tak mungkin syetan menjadikannya sebagai tali penarik untuk menjauhkan kita dari Alloh dan melupakan ke Maha Kuasaan-Nya. “Syetan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Alloh; mereka itulah golongan syetan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syetan itulah golongan yang merugi.” (Al-Mujadalah : 58)
Hidup kita sangat berharga, saudaraku. Jangan sampai habis energi oleh satu masalah sampai kita lalai untuk mensyukuri nikmat-nikmat lain yang Alloh telah berikan kepada kita. Nikmat sehat, nikmat rizki, nikmat orang tua, nikmat sahabat-sahabat yang setia, dan nikmat-nikmat lainnya harus mendapat tempat di hati untuk kita syukuri. Terutama syukur sebesar-besarnya atas nikmat bekal keselamatan akhirat, yaitu iman, yang masih melekat di hati kita.
Mudah-mudahan kesediaan mentafakkuri nikmat-nikmat Alloh itu yang akan mensegerakan kita bisa memperoleh hikmah atas ujian jodoh. Meringankan beban dan selanjutnya sanggup merasakan kemuliaan yang tersembunyi dibalik ujian. Sebagaimana yang disabdakan nabi, “Jika Alloh menginginkan atas diri hamba-Nya suatu kebaikan, maka Alloh akan mempercepat baginya cobaan di dunia, dan jika Alloh menginginkan atas diri hamba-Nya keburukan, maka dia akan menahan cobaan tersebut dengan semua dosanya hingga dia menebusnya pada hari kiamat” (HR. Tirmidzi)
Duduklah sejenak, dan renungkan sekali lagi sabda nabi tersebut saudaraku,
Bukankah setiap hari penantianmu adalah kebaikan karena engkau bersabar?.
Merugilah kita bila ternyata kesendirian ini adalah jalan dari Alloh untuk memuliakan hidup kita, namun, pikiran yang sempit dan su’uddzan (buruk sangka) kepada Alloh membuat kita menganggapnya sebagai ketidakadilan Alloh pada kita. Engkau akan menangisinya saudaraku, karena kasih sayang-Nya justru engkau balas dengan buruk sangka.
Renungkan juga firman Alloh berikut ini, “…Alloh tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Alloh berikan kepadanya. Alloh kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath-Thaalaq:7)
Percayalah janji Alloh, akan ada kelapangan sesudah kesempitan. Di dunia terlebih di akhirat. Selama kita mau bersabar. Bersabar bukanlah berdiam diri. Bersabar itu, kata tabi’in Al-Hakim At-Tirmidzi, adalah bergerak dan bertindak tanpa melanggar aturan Alloh.
Maka, berikhtiarlah seraya bersabar untuk tidak menembus batasan syariat Alloh. Berikhtiarlah sebagaimana seorang sahabat yang meminta kepada Rosululloh untuk dijodohkan dengan seorang wanita. Berikhtiarlah sebagaimana sikap mulia ibunda Khadijah yang menawarkan diri untuk dinikahi kepada Muhammad muda. Tak ada yang salah pada wanita yang menawarkan diri untuk dinikahi demi kemuliaan diri dan agamanya.
Saudaraku,
Barangkali ujian itu kita ragu bahwa itu benar-benar ujian. Atau kita ingin sejujurnya katakan, bahwa bisa jadi kesendirian ini adalah teguran atas kesalahan-kesalahan. Mengingat lisan ini sering mengatakan sabar namun sesungguhnya perbuatan kita tidak menunjukkan sabar. Jangan-jangan kita terlalu sombong di hadapan Alloh, merasa mampu mencari jodoh sendiri tanpa bersungguh-sungguh minta pertolongan-Nya, lantas berikhtiar menjemput jodoh tapi melanggar batas-batas ketentuan Alloh.
Jika hati jujur mengatakan iya, maka ketuklah pintu ampunan Alloh sekarang juga. Di setiap malam dalam tahajjud yang khusyuk mintalah keputusan terbaik-Nya. Dan berjalanlah dalam batas ikhtiar yang sudah digarisi-Nya. Jangan keluar batas. Insya Alloh, kelak ada satu diantara dua kemulian yang akan kita miliki. Yaitu menjadi hamba istimewa yang memperoleh kemuliaan Surga atas ujian di dunia atau segera menemukan pasangan terbaik yang membersamai kita dalam sakinahnya keluarga dan memberi keturunan yang sholih dan sholihah.
Lihatlah bagaimana kesabaran nabi Zakaria atas tak kunjung hadirnya seorang putra kemudian berbalas karunia keturunan yang sangat mulia. Rasakan kepiluan hati nabi Zakaria dalam doa yang diabadikan oleh Alloh dalam Al-Qur’an ini, tak jauh beda dengan apa yang kita rasakan, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, wahai Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul. Maka, anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadjikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (QS. Maryam: 4-6).
Dan kesabaran, ketulusan, dan baik sangka Nabi Zakaria berbalas keturunan yang mulia. Alloh ta’ala berfirman : “Hai Zakaria sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (memperoleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (QS. Maryam: 7).
Itulah nabi Zakaria. Dan siapakah kita, bila merasa tak perlu mendapat ujian dunia sedangkan dosa seakan masih menjadi teman tidur bagi kita?. Tak diujipun Nabi Zakaria adalah Nabi yang mulia. Sedangkan kita, dengan cara apatah lagi untuk menggugurkan dedaunan dosa kecuali dengan angin ujian yang menggoyahkan dahan jiwa. Sadarlah, beginilah cara Alloh menyayangi kita.
Lalu sebaliknya, jika tidak bersabar bisa juga akan ada satu diantara dua kehinaan yang akan didapatkan. Kecuali Alloh mengampuni. Yaitu, jodoh itu tetap tak kunjung hadir sedangkan hari-hari terlanjur diisi tumpukan dosa karena banyak mengeluh dan berikhtiar cari jodoh dengan kelewat batas. Lelah, habis tenaga, tapi tak ada gunanya. “Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.” (QS. Ibrahim : 21).
Atau lebih disayangkan, jodoh itu datang tanpa keridhoan Alloh. Istidraj atau hanya dipuas-puaskan saja. Maaf, seolah-olah Alloh memberikannya dengan cara hina laksana handuk kumal yang dilemparkan ke muka kita, “INIKAH JODOH YANG KAU INGINKAN HINGGA MELUPAKAN AKU, NIH AMBIL !!”, Naudzubillah..
Saudaraku, maka berikhtiarlah dalam bingkai kesabaran. Berdoalah dalam ketinggian khusnudzan kepada-Nya. Mudah-mudahan kita disegerakan berjumpa dengan pasangan sholih yang menuntun kita kepada kebaikan. Siapkan diri kita sepanjang waktu pada kondisi takwa terbaik. Hingga nanti saatnya ada “panggilan”, kita sudah siap untuk menyambutnya.
Ya Alloh, berilah kesabaran dan kelapangan hati kepada saudara-saudara kami yang Engkau uji dengan belum hadirnya pasangan hidup baginya. Karuniakan segera kepadanya pasangan yang Sholih-Sholihah sebagai balasan terbaik atas penantiannya. Muliakan ia dan masukkan mereka dalam Surga, demi kesabaran atas ujian yang telah Engkau berikan, Allohumma Amiiin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar