Selasa, 17 November 2009

Sabar

Kesabaran……….Itu Saudariku

Kesabaran……….Itu Saudariku

http://taipeimtyt.wordpress.com/2008...itu-saudariku/
Apa yang engkau rasakan di hari ini saudariku, tentang pernikahanmu? Masih sama-kah dengan hari yang dulu, ketika pertama kali engkau bersanding sebagai raja dan ratu sehari? Seusai ijab qabul yang diucapkan, yang ter-dengar begitu syahdu di telinga sehingga tak kuasa menahan uraian air mata. Tentu bukan kesedihan yang tengah menggelayuti batinmu. Air mata syukur karena saat itu, Allah SWT telah mengaruniakanmu pendamping hidup yang engkau dambakan selama ini. Mulai saat itu, bersama engkau mengarungi samudera di dalam bahtera rumah tangga. Banyak kejutan yang berasa pahit dan manis kautemui di tengah perjalanan kebersamaan. Kauanggap itu sebagai batu ujian yang harus dilalui karena sebelumnya engkau bukanlah siapa-siapa, namun tiba-tiba menjadi seorang istri dan ibu bahkan ratu di rumah tanggamu.

Ternyata tak gampang melakukan segala apa yang telah di ‘azamkan sebelumnya apatah lagi bagi yang tidak berazam untuk itu. Wanita nor-mal mana yang tak ingin menjadi istri sholihah. Mampu menerima dengan ikhlas segala ke-lebihan dan kekurangan suami. Membaktikan diri sepenuh hati kepada suami, untuk meraih ridho Illahi? Tentu setiap wanita mendamba-kannya. Menjadi istri sholihah membutuhkan kesabaran saudariku, seperti yang kita pahami bahwa pernikahan, suatu peristiwa fitrah, fiqyah, dakwah, tarbiyah, sosial dan budaya.
Sebuah ajaran suci yang menampik kehidupan membujang di satu sisi, namun juga menampik kebebasan interaksi laki-laki dan perempuan di sisi yang lain. Pernikahan adalah jalan tengah yang membentang antara dua ekstrim. Perni-kahan adalah melaksanakan setengah dien bagi kita sebagai muslim dimana dalam perjalanan-nya tidaklah semudah dan seindah yang di-bayangkan seperti saat sebelum menikah. Karena sebelum menikah biasanya kita hanya membayangkan hal yang indah-indah saja. Indahnya pernikahan analog dengan indah-nya pantai. Namun jangan lupa, siapa saja yang bertolak dari pantai untuk menyebe-rangi lautan, maka ia akan menemukan ganasnya ombak.

Ganasnya ombak dapat ditaklukkan dengan kesabaran dan membersihkan diri dari kehendak buruk. Dengan kesabaran ini pernikahan bisa menyatu dalam satu ikatan yang erat. Dalam Al Qur’an surat ar-Rum; tali temali perekat per-nikahan itu adalah mawaddah dan rahmah, cinta dan kasih sayang. Yang ideal adalah jika antara suami dan isteri diikat oleh perasaan mawaddah dan rahmah sekaligus. Dalam bahasa Arab, mawaddah mengandung arti kelapangan dada/ kesabaran dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Jadi cinta mawaddah adalah perasaan yang mendalam, luas, dan bersih dari pikiran serta kehendak buruk. Sedangkan rahmah me-ngandung pengertian dorongan psikologis untuk melindungi orang yang tak berdaya.

Demikian pentingnya sabar dalam perni-kahan, sampai-sampai ada orang mengata-kan, ”Bila sebelum nikah kesabaran kita hanya satu, maka setelah nikah kesabaran kita harus se-ratus”. Pertanyaannya, kesabaran seperti apa yang harus kita miliki dalam menjalani pernikahan? Ada lima macam bidang kesabaran:

Pertama, sabar menghadapi kekurangan pa-sangan, pernikahan adalah kesimpulan terakhir setelah seseorang mempertimbangkan semua ke-kurangan dan kelebihan pasangan. Tidak pada tempatnya bila setelah menikah seorang suami mengeluhkan kekurangan yang ada pada istri-nya. Demikian pula sebaliknya. Masing-masing harus menerima kekurangan atau kelebihan pa-sangannya dengan penuh kesabaran. Pernikahan adalah sarana untuk saling melengkapi, bukan untuk saling mengalahkan seperti yang tertulis dalam QS An-Nisa ayat 1, Rasulullah SAW juga mengingatkan bahwa siapa saja yang menikah karena ketampanan atau kecantikan, maka satu saat rupa tersebut akan menghinakan-nya. Kecantikan dan ketampanan itu sementara sifatnya, tidak langgeng. Ketika belum menikah, pasangan kita begitu cantik rupawan, tapi setelah mempunyai anak maka kecantikan itu akan menurun untuk kemudian hilang sama sekali setelah tua.

Kedua, sabar menghadapi godaan, siapa saja yang tidak membawa bekal dan per-siapan yang matang, tidak mustahil bahtera ru-mah tangganya akan karam ditelan gelombang. Menikah adalah ikatan yang teramat suci lagi kuat, mitsaqan ghalidza, sehingga jangan di-nodai dengan saling menyakiti. Waspadalah ter-hadap godaan setan yang terkutuk, karena setan tak henti-hentinya menggoda untuk menhancur-kan ikatan yang suci tsb. Dengan demikian, menjaga tali pernikahan agar tetap kokoh termasuk jihad akbar. Arasy’ tidak akan ber-guncang saat seseorang meninggalkan shaum wajib, tidak akan berguncang saat seseorang lalai dalam shalat, namun ia akan berguncang tatkala sepasang suami istri memutuskan untuk bercerai.

Ketiga, sabar menghadapi kekurangan dan keter-batasan rezeki. Berapa pun rezeki yang kita dapat, kita harus mampu mensyukurinya. Dengan syukur itulah Allah akan menolong rumah tangga kita dan melipatgandakan rezeki yang kita dapatkan. Allah SWT ber-firman; ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” (QS Ibrahim : 7).

Keempat, sabar menghadapi keluarga dari pihak suami atau istri, karena dengan menikah berarti bersatunya 2 keluarga, keluarga istri dan keluar-ga suami yang terkadang dari pihak keluarga ini juga yang membuat timbulnya permasalahan.

Kelima, sabar dalam mendidik anak-anak, dalam mendidik anak-anak sangat membutuhkan kesa-baran, tetapi jika keempat kesabaran di atas bisadicapai, maka kesabaran dalam mendidik anak akan mudah dilakukan, karena kekompak-kan dan keharmonisan suami-istri akan dengan mudah menyelesaikan permasalahan-permasa-lahan dalam mendidik anak, yang tentu akan berdampak pada keberhasilan dalam mendidik anak-anaknya.

Sabar adalah sebuah keniscayaan. Karena itu, dalam QS Az-Zumar ayat 10, Allah SWT men-janjikan pahala luar bisa bagi orang yang sa-bar; ”…..Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. Tanpa adanya kesabaran, sebuah rumah tangga tidak akan bertahan lama.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan memasukkan kita dalam golongan orang-orang yang sabar, yang menjalani hidup ini penuh dengan kesabaran karena pada hakekatnya hidup memang perjuangan yang selalu membutuhkan kesabaran. Amiin.

Memang tiada ada wanita sempurna di bumi ini! namun perhiasan yang terindah itu adalah wanita yang sholihah, yang sabar tuk taat pada Allah dan suaminya. Demikian pula sebaliknya, laki-laki yang terbaik itu adalah yang paling baik terhadap istrinya dan tentu saja sabar serta lemah lembut dalam memperlakukan istrinya sebagai kunci sukses membentuk istri yang sholihah.

Dekatkan dirimu dengan-Nya dan selamat menerima hadiah cinta dari-Nya, saudariku! Semoga yang telah berkeluarga diberi mawaddah wa rahma dalam rumah tangganya dan yang masih sendiri akan dianugerahi-Nya kejutan yang tak terduga-duga. Apakah itu?! Hmmm….. Suami yang berakhlak Qur’ani! Aamiin, Ya Rabbal ‘aalamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar